Media Pembaharuan Makassar,- Pernyataan bahwa kitab suci
umat muslim Al-Quran perlu direvisi atau dirubah dengan alasan Nabi
Muhammad sudah meninggal dunia dibantah oleh Guru Besar Universitas
Islam Negeri Makassar Prof Dr Qasim Mathar.
Qasim Mathar mengaku tak pernah menyatakan hal tersebut sebagaimana
marak diberitakan di internet dan sosial media. Menurutnya ia merasa
tidak pernah mengeluarkan pernyataan yang telah menghebohkan dunia islam
di Indonesia itu. "Saya sarankan agar si penulis harus bisa benar-benar
mengklarifikasi hal ini,"katanya Senin 29 Juli 2013.
Qasim pun mempertanyakan sumber penulis sehingga membuat judul berita
yang kontroversi.Apakah mengutip dari catatan notulen diskusi atau
menanggapi sendiri pembicaraan dalam diskusi itu yang lantas tanggapan
di itulah yang disebarkan ke internet.
"Kalau pun misalnya dia mencatat ucapan saya, harusnya jangan sampai
salah catat. Tapi ketika itu rekaman dari suara saya yang direkam dan
memang begitu seperti itu, tentu saya akan mengatakan bahwa itu keliru,"
tegas Qasim. Seperti diketahui berita soal Alquran perlu direvisi
pertama kali dimuat di siitus online Muslimdaily.net tanggal 21 Juni
2013.
Dalam artikel Musimdaily.net memuat judul "Guru Besar UIN Makasar: Rasulullah Sudah Meninggal, Al Qur'an Perlu Direvisi".
Berikut kutipan berita tersebut:
.... Lebih lanjut, Prof. Qasim juga mengatakan bahwa sekarang Nabi sudah tidak ada. Menurutnya, hanya menjadi sebuah mimpi saja jika umat Islam hendak menyeragamkan pemahaman mengenai Islam.
.... Lebih lanjut, Prof. Qasim juga mengatakan bahwa sekarang Nabi sudah tidak ada. Menurutnya, hanya menjadi sebuah mimpi saja jika umat Islam hendak menyeragamkan pemahaman mengenai Islam.
Guru Besar yang mengaku sebagai aktivis Syiah itu juga
menjelaskan karena Rasulullah sudah meninggal, maka ia mengatakan bahwa
isi Al Quran perlu direvisi karena menurutnya sudah tidak cocok lagi
dengn zaman.
Ia menyatakan tidak peduli dengan orang yang mau puasa atau
tidak, mau berlebaran kapan. "Biarkan saja, karena Islam itu adil," kata
profesor kelahiran Makassar pada tanggal 21 Agustus 1947 itu seperti
dilaporkan Zilqiah.
Prof. Qasim yang pro JIL berpesan agar umat Islam tidak usah
ditanamkan dan tidak perlu disatukan, ia menyarankan agar berhenti
memikirkan mengajak orang untuk bersatu.
Sang Guru Besar Sejarah dan Pemikiran Islam itu kemudian menutup
statement-nya dengan kalimat, "jangan mimpi dan sibuk mikirin untuk
menyeragamkan umat muslim. capek nanti."
Kegiatan diskusi tentang Islam Liberal Kamis siang (21/06)
ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada pembicara. Kepada Prof.
Dr. Qasim Mathar, panitia memberikan kenang-kenangan salah satunya
berupa kaos #IndonesiaTanpaJIL. [muslimdaily]
Laporan: cr11/Jabbar Bahring