Mungkin
Anda akan tertawa jika saya katakan, bahwa subyek yang kami libatkan dalam
program ini adalah anak-anak pelajar SMA? Mengapa bukan masyarakat yang sudah
dewasa, atau minimal mahasiswa di perguruan tinggi??? Begitu barangkali Anda
bertanya.
Sejujurnya, ini adalah bagian dari apa yang oleh kantor
saya sebut sebagai kampanye mengembangkan minat baca di kalangan anak-anak,
khsususnya membaca koran. Krennya, kami menyebutnya sebagai Newspaper in
Education (NiE). Sebuah program mengampanyekan agar anak-anak dan pelajar sejak
dini sudah mau berkenalan, membaca, sekaligus memanfaatkan informasi yang
terkandung dalam koran untuk memandu kehidupan mereka sehari-hari.
Nah, sejak
tahun lalu, kantor saya menggandeng Biro Humas Departemen Keuangan, menjadikan
kampanye gemar membaca ini sebagai sebuah payung untuk memperkenalkan kebijakan
anggaran yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN, kemudian kami jadikan semacam “kendaraan” untuk mendorong anak-anak agar
gemar membaca.
Kami kemas
dalam tajuk Olimpiade Membaca APBN Tk SMA, tahun ini adalah tahun kedua program
ini kami jalankan. Tahun 2007, SPS Pusat dan Depkeu masuk ke empat kota
–Jakarta, Medan, Denpasar, dan Jogjakarta– dengan jumlah partisipan pelajar SMA
yang terlibat program ini mencapai 536 pelajar dari 78 SMA di empat kota
tersebut, plus 288 guru pembimbing. Lantaran dianggap sukses oleh Menteri
Keuangan, maka tahun ini program tersebut dikembangkan menjadi delapan kota
tujuan –Jakarta, Palembang, Pekanbaru, Banjarmasin, Makassar, Surabaya,
Denpasar, dan Jogjakarta. Lompatan jumlah kota ini juga diimbangi oleh
meroketnya jumlah peserta yang mencapai 1161 pelajar dari 187 SMA dan sederajat
di delapan kota, plus 325 guru pembimbing.
Dua
kategori kami pertandingkan. Lomba debat dan lomba menulis artikel. Kesemuanya
tentang APBN. Tahun ini juga dibuka kategori khusus untuk wartawan. Naskah
features yang pernah ditulis wartawan di media cetak masing-masing dari tanggal
2 Januari – 30 Oktober 2008, berhak diikutkan dalam event ini.
Yang
jelas, luar biasa capai mengelola program yang berjalan dalam tempo relatif
singkat ini secara series. Tapi, rasa capai saya pun terbayar lunas melihat
potensi kecerdasan dari para peserta di delapan kota tersebut. Baik saat mereka
dalam berdebat maupun menyampaikan presentasi naskah artikelnya. Sebagian dari
mereka, saya nilai punya bakat luar biasa untuk kelak menjadi calon anggota
parlemen, penulis buku, teknokrat, bahkan presiden sekalipun.
Selagi
mereka masih muda, alangkah lebih baik mengerti tentang politik anggaran.
Ketimbang –maaf-maaf saja– para anggota parlemen kita di tingkat
kota/kabupaten/propinsi maupun DPR RI, yang masih banyak ngaco dalam membahas
soal anggaran. Kalo demikian, bagaimana negeri ini akan maju jika para
perancang anggaran saja tak tahu dasar-dasar politik anggaran. Mending
anak-anak SMA ini yang justru lebih berpotensi dan punya kemampuan lebih dalam
membaca anggaran. Nah, lho….!!! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar