Media Pembaharuan Jakarta,- MABESnews--Sosok
kita ini sudah dikenal luas masyarakat Indonesia, khususnya warga
Sulawesi Selatan. Beragam kiprahnya di nusantara ini membuat dirinya
dikenal seantero Indonesia figurnya. Beliau itu adalah Letnan Jenderal
TNI (Purn) Andi Muhammad Ghalib, SH lahir di Bone, Sulawesi Selatan.
Tepatnya tanggal 03 Juni 1946 lahir dari rahim ibu, atau berumur 67
tahun 2013 ini. (Wikipedia)
Jenderal Andi Ghalib—begitu biasa dikenal—sangat prihatin dengan kondisi hukum di tanah
air cukup memprihatinkan, tak kondusif. Ia mengungapkan, persoalan yang
menyentuh rasa keadilan masyarakat sangat diabaikan oleh pemerintah
yang berkuasa. Dirinya sangat peduli dan penuh keprihatinan yang
mendalam terhadap reformasi hukum yang masih berjalan lambat, jalan di
tempat.
Saat ini, ia
berjuang kembali untuk menerimah amanah rakyat di DPR RI 2014-2019
melalui Dapil Sulsel II. Ia memilih PPP sebagai kendaraan mewakili
konstituennya. Itu karena masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya yang
berada di Dapil Sulsel II merindukan keberaniannya menata bangsa ini.
"Hanya orang pemimpin warani (bugis: Pemberani) yang mampu memperbaiki
bangsa ini. Dan itu ada pada sosok Puang Andi Muhammad Ghalib," ujar
tokoh masyarakat Pangkep saat bersilaturahmi.
“Saya memilih PPP
adalah sebagai panggilan tugas, pengabdian, dan ibadah untuk membesarkan
Islam, karena jika PPP besar maka Islam akan jaya. Kita masih ingat
dengan sangat prihatin nasib PPP yang di zaman orde baru selalu
dikecilkan, di zaman reformasi digembosi, dan tidak dibiarkan menjadi
besar. Oleh karena itu, saatnya sekarang ini untuk mengembalikan roh
kejayaan PPP, karena PPP adalah satu-satunya partai Islam. Sehingga jika
PPP menjadi besar, maka kita akan mampu melaksanakan amanah dari umat
untuk membangun Rumah Besar Ummat Islam, bila tidak maka PPP akan
kehilangan pengikutnya,” ujar Andi M. Ghalib (nama yang lebih popular
baginya), yang juga mantan Jaksa Agung RI, dan mantan Wakil Gubernur
Propinsi Sulawesi Selatan.
Melihat kondisi PPP sekarang ini, Andi
M. Ghalib merasa terpanggil untuk kembali membangun kebesaran PPP,
setelah menyelesaikan tugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh RI Untuk Republik India, di negara yang berpenduduk 1,5 milyar
jiwa. Selama penugasannya di India, Andi M Ghalib, merasa prihatin
melihat kondisi umat Islam di dunia internasional, yang selalu
menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Padahal agama Islam yang
notabene meruapakan agama besar dunia, selalu mendapat stigma dan
predikat teroris, yang kebetulan sebagian dilakukan oleh orang Islam,
pada hal Islam adalah agama yang rahmatatan lil alamin.
Menurutnya, predikat dan stigma yang salah terhadap Islam ini tidak
boleh dibiarkan berlangsung terus, karena akan menjadikan orang benci
kepada Islam, karena Islam dapat ditudding sebagai ajaran yang
menghancurkan keharmonisan dunia. Anggapan dan tudingan yang keliru
terhadap ummat Islam tersebut, harus segera dijawab dan diselesaikan
dengan tuntas. Menurut Andi M. Ghalib, kondisi ini hanya bisa dijawab
dan diselesaikan oleh orang Islam melalui PPP dengan menjadi caleg DPR
RI dan Dapil Sulsel II, sekaligus untuk meredam penilaian akan predikat
jelek terhadap Islam.
Alasan lain kata Andi M Ghalib, untuk
melanjutkan kembali pengabdian di DPR RI pada pemilu 2004 yang lalu,
hanya sempat mengabdi selama 2 tahun kemudian Andi M. Ghalib,
mendapatkan tugas baru sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh
RI di Republik India. Karena itu Andi M. Ghalib, merasa bahwa tugasnya
dahulu belum rampung terutama untuk mengembalikan kebesaran ummat Isalm
melalui PPP di parlemen.
“Pada pemulu tahun 2004 yang lalu, kami
berhasil menambah 28 kursi di kabupaten/kota dan Propinsi Sulawesi
Selatan, tetapi pada pemilu tahun 2009 perolehan kursi kursi tersebut
telah jauh berkurang, demikian juga DPR RI yang dahulu ada 2 kursi,
sekarang hanya tinggal 1 kursi,” katanya.
Untuk mengembalikan
kejayaan dan kebesaran PPP di Indonesia Timur khususnya di Sulawesi
Selatan, maka diperlukan kerja keras oleh segenap elemen, komponen, dan
lapisan partai dan masyarakat. “Dan untuk itu, kami siap bekerja keras
bersama-sama seluruh kader partai bersinergi dengan umat Islam di
Sulawesi Selatan,” tegas Andi M. Ghalib yang juga mengelola Yayasan Ibnu
Hadjar, yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan lembaga
pendidikan mulai dari TK, SMP, SMA, SMK dan STIH, yang berdomisili di
Kota Bogor ini.
Tokoh dengan 4 orang putera dan 13 orang cucu ini
mengatakan bahwa, niat berjuang melalui PPP itu disebut sebagai
pengabdian yang tiada akhir. Menurutnya, sekarang ini banyak kader muda
partai ikut serta berjuang untuk membesarkan kejayaan PPP. “Tokoh-tokoh
muda tersebut merupakan tumpuan harapan dari PPP untuk merebut kejayaan
di masa depan, karena mereka adalah intelektual-intelektual muda Islam
yang diharapkan bisa membangun Rumah Besar Ummat Islam,” ujar Andi M.
Ghalib yang sudah pernah menerima puluhan Satya Lencana dan Bintang
Seroja, Penegak, Kesetiaan VIII sampai XXIV tahun, dan Bintang Darma.
Hanya partai Islam yang besar mampu memperjuangkan Rumah Besar Ummat
Islam, karena bila partai Islamnya kecil, maka tidak akan dapat
memperjuangkan rumah besar, karena kecil di parlemen. “Kita semua harus
bekerja keras agar PPP menjadi besar, agar dunia melihat bahwa PPP
adalah representasi dari besarnya ummat Islam di Indonesia, yang dengan
sendirinya akan menghapus stigma yang jelas terhadap umat Islam,” papar
alumni Seskoad dan alumni Lemhanas ini.
Tugas Selaku Duta Besar LBBP RI Untuk India Telah Diselesaikan dengan Baik
Ketika Andi M. Ghalib menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI di India, ia telah mengembalikan roh persahabatan Indonesia dengan India yang selama ini sangat merosot. Padahal Indonesia dan India adalah pilar dari Konperensi Asia-Afriaka di Bandung tahun 1955, yang telah melahirkan gerakan Non Blok yang berhasil memerdekakan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Persahabatan kedua bangsa besar ini telah merubah wajah dunia dari penjajahan ke alam kemerdekaan. Dua tokoh besar Konperensi Asia Afrika adalah Soekarno dan Nehru, diperkuat oleh Gamal Abdul Nasser dari Mesir, Nkrumah dari Ghana, dan Josef Bros Tito dari Yugoslavia.
Tugas besar itu berhasil dilaksanakan dengan baik, dibuktikan dengan kunjungan resmi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke India tahun 2011 yang lalu selaku Tamu Kehormatan Tertinggi. Disamping telah berhasil mengembalikan roh persahabatan kedua negara besar, Andi M. Ghalib juga telah berhasil meningkatkan nilai perdagangan dan investasi kedua negara besar Indonesia-India, yang diawali masa jabatannya nilai perdagangan kedua negara hanya sekitar 3 milyar USS, dan akhir jabatannya telah berhasil mencapai nilai perdagangan lebih dari 25 milyar USS dalam berbagai macam perdagangan investasi, dan penanaman modal di berbagai wilayah di Indonesia. Taufikurrahman (Sumber: Bina Persatuan).
Ketika Andi M. Ghalib menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI di India, ia telah mengembalikan roh persahabatan Indonesia dengan India yang selama ini sangat merosot. Padahal Indonesia dan India adalah pilar dari Konperensi Asia-Afriaka di Bandung tahun 1955, yang telah melahirkan gerakan Non Blok yang berhasil memerdekakan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Persahabatan kedua bangsa besar ini telah merubah wajah dunia dari penjajahan ke alam kemerdekaan. Dua tokoh besar Konperensi Asia Afrika adalah Soekarno dan Nehru, diperkuat oleh Gamal Abdul Nasser dari Mesir, Nkrumah dari Ghana, dan Josef Bros Tito dari Yugoslavia.
Tugas besar itu berhasil dilaksanakan dengan baik, dibuktikan dengan kunjungan resmi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke India tahun 2011 yang lalu selaku Tamu Kehormatan Tertinggi. Disamping telah berhasil mengembalikan roh persahabatan kedua negara besar, Andi M. Ghalib juga telah berhasil meningkatkan nilai perdagangan dan investasi kedua negara besar Indonesia-India, yang diawali masa jabatannya nilai perdagangan kedua negara hanya sekitar 3 milyar USS, dan akhir jabatannya telah berhasil mencapai nilai perdagangan lebih dari 25 milyar USS dalam berbagai macam perdagangan investasi, dan penanaman modal di berbagai wilayah di Indonesia. Taufikurrahman (Sumber: Bina Persatuan).
Punya Track Record yang Baik
Letjen TNI (Purn) H Andi Muhammad Ghalib, SH, MH yang juga mantan penjabat Duta Besar Luar Biasa Indonesia dan Berkuasa Penuh untuk India ini mengatakan, Supremasi Hukum Indonesia Tergantung Man Behind The Law.
Letjen TNI (Purn) H Andi Muhammad Ghalib, SH, MH yang juga mantan penjabat Duta Besar Luar Biasa Indonesia dan Berkuasa Penuh untuk India ini mengatakan, Supremasi Hukum Indonesia Tergantung Man Behind The Law.
Mantan Jaksa Agung RI di era Presiden BJ Habibie (1998-1999) ini,
turut merasa prihatin dengan kondisi hukum yang terjadi akhir-akhir ini.
Bukan karena reformasi tapi karena tidak konsisten pimpinan dalam
melaksanakan hukum itu sendiri belum terlihat. Belum lagi persoalan
korupsi yang terus mendera bangsa ini, hingga persoalan sengketa
agrarian yang hampir terjadi di seluruh pelosok negeri ini.
“Kita
perlu dan tidak perlu bosan memperbaiki terus menerus banga ini karena
ini sangat menentukan masa depan negara kita,” ujar Letnan Jenderal
(Pur) Andi Ghalib seperti dikutip PelitaOnline usai acara Kajian Tafsir
dan Athlas Al Quran di Yayasan Majelis Al Washiyyah, Jakarta, Sabtu
(23/2/2013).
Lalu bagaimana hubungannya antara sifat konsisten
dengan berwudhu? Saat ditanya oleh wartawan, Andi menjelaskan, semasa
masih menjadi pejabat ia melihat banyaknya pejabat yang mengalami
kesulitan untuk shalat.
“Alasan mereka karena terlalu ribet jika
memakai jas dan dasi harus bolak balik berwudhu. Akibatnya shalatpun
ditinggalkan hanya karena tidak bisa berwudhu,” jelas Andi.
Pasalnya, kata Andi, kita kurang bisa mensiasati syarat-syarat untuk
shalat. Caranya sebelum memakai pakai jas dan dasi berwudhu terlebih
dahulu. Sehingga ketika masuk waktu shalat, tidak lagi kerepotan untuk
berwudhu. Seperti itu juga dalam penegakan dan pelaksanaan hukum di
Indonesia.
“Ini yang kurang kita pahami. Sebab, dengan menjaga
wudhu, tentu kita akan selalu ingat pada Sang Pencipta. Pada akhirnya
kita menjadi pribadi yang konsisten dalam memegang amanah yang
diberikan,” imbuh mantan Kedubes RI untuk India ini menganalogikan
pelaksanaan hukum di Indonesia.
Untuk itu, ia tergerak
mencanangkan Gerakan Kebersihan Masjid yang bertujuan untuk membersihkan
masjid, terutama tempat air wudhu. Karena kadang-kadang orang malas
berwudhu dengan alasan tempat wudhunya kotor.
“Bagaimana mau
mendekati masjid tempat wudhunya saja kotor. Maka diharapkan masjid itu
dipelihara agar orang tertarik untuk shalat di masjid,” katanya.
Masa Kecil hingga jadi Jaksa Agung
Di sela-sela bertugasnya Andi Ghalib menuturkan, dirinya lahir di Kadju, Sibulue Kabupaten Bone, dari pasangan H. Andi Ibnu Hadjar dan Andi Intan. Ia memulai pendidikan pada Sekolah Rakyat Negeri di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Di sela-sela bertugasnya Andi Ghalib menuturkan, dirinya lahir di Kadju, Sibulue Kabupaten Bone, dari pasangan H. Andi Ibnu Hadjar dan Andi Intan. Ia memulai pendidikan pada Sekolah Rakyat Negeri di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
“Saya menyelesaikan pendidikan
SMP dan SMA hanya dalam waktu 4 tahun, karena pada saat itu murid-murid
yang berprestasi diberi kesempatan ujian ektranei. Saya sempat kuliah
satu tahun di IKIP Negeri Makassar, kemudian masuk wajib militer, karena
pada saat itu diadakan persiapan Konfrontasi Ganyang Nekolim Malaysia,”
ujarnya pada wartawan.
Semasa masih menjabat Jaksa Agung, pria
kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 3 Juni 1946, ketika sedang
giat-giatnya menangani penyelesaian berbagai kasus korupsi justru Teten
Masduki cs dari ICW memfitnah Andi dengan tuduhan menerima suap dari
penyumbang untuk kegiatan olahraga melalui rekening Andi M Ghalib
sebagai Ketua Umum dan Thahir sebagai bendahara Persatuan Gulat Seluruh
Indonesia (PGSI).
Namun sebagaimana setelah diperiksa Puspom TNI
ternyata keduanya benar-benar menyumbang untuk PGSI guna kegiatan
olahraga. Fitnah tersebut telah menyebabkan terganggunya upaya Kejaksaan
Agung untuk memberantas korupsi saat itu.
Sejak kontroversi
di-non-aktif-kannya (yang tepat Andi M Ghalib meminta di-non-aktifkan)
sebagai Jaksa Agung, nama Letjen TNI (Purn) H. A. Muh. Ghalib, SH, MH
lama tidak kedengaran dengan dirinya dipercaya sebagai Dubes Luar Biasa
dan Berkuasa Penuh di India. Kali ini ia berjuang untuk memperjuangkan
Islam melalui PPP dengan jalur dicalonkannya dirinya oleh partai dan
masyarakat Sulsel, khususnya yang berdomisili di dapil 2: Maros,
Pangkep, Barru, Pare-pare, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bone, dan Bulukumba.
Ia menceritakan bahwa asal mulanya proses terpilihnya sebagai Jaksa
Agung di era Presiden BJ Habibie. "Sebenarnya pencalonannya menjadi
Jaksa Agung diajukan pada saat penyusunan kabinet terakhir Presiden
Soeharto, menjelang lengsernya beliau. Namun Pak Harto memilih orang
dalam, yakni Soedjono, SH," ujarnya.
“Setelah pak Harto lengser
dan digantikan oleh Presiden BJ. Habibie. Maka terpilihlah saya menjadi
Jaksa Agung. Sesegera mungkin saya melakukan pemberantasan KKN di
seluruh Indonesia. Prestasi yang paling menonjol pada saat saya menjadi
Jaksa Agung, yakni berhasil mendatangkan dan memeriksa mantan Presiden
Soeharto di Kejaksaan Agung dan di Kejati DKI Jakartar, sebanyak dua
kali,” kisah pria yang juga Caleg DPR RI Dapil Sulsel II dari PPP.
Ia menjelaskan bahwa hal tersebut sebagai tuntutan Reformasi pada saat
itu, sebagai wujud terciptanya Supremasi hukum. Sesudah itu tidak ada
lagi Jaksa Agung yang berhasil memanggil mantan Presiden Soeharto untuk
diperiksa, sampai beliau sakit dan meninggal dunia.
Saat ditanya,
apa sebenarnya cerita dibalik kontroversi pemberhentian Bapak sebagai
Jaksa Agung pada saat itu? Ia menggambarkan, “Keinginan saya untuk
memberantas KKN saat itu sangat terganggu karena adanya tuduhan dari
saudara Teten Masduki dari ICW, yang menuduh saya menerima suap dari
beberapa pengusaha yang menyumbang melalui reke-ning PGSI. Setelah di
periksa oleh Puspom TNI dan Menko Wasbang/PAN, ternyata terbukti tidak
ada satu sen pun dana PGSI yang dipakai untuk kepentingan pribadi saya
sebagai Ketua Umum PGSI.”
Dirinnya mengingat masa itu bahwa usaha
saudara Teten Masduki untuk mempengaruhi publik melalui berbagai cara
berhasil, sehingga ia nantinya terpaksa minta nonaktif sementara dari
jabatan Jaksa Agung, untuk menyelesaikan fitnah dari saudara Teten
Masduki.
“Trial by public yang dilancarkan oleh Teten Masduki
sebenarnya tidak lepas dari usaha mereka menggagalkan pemberantasan
korupsi yang sangat bagus pada masa pemerintahan Presiden BJ. Habibie.
Hal tersebut dilakukan untuk menggagalkan BJ. Habibie terpilih menjadi
Presiden pada waktu itu. Itulah fitnah yang saya hadapi, yang saya
anggap lebih kejam dari pembunuhan.”
Setelah ia di-non-aktifkan
sebagai Jaksa Agung, Jenderal Andi M Ghalib pensiun dari ABRI dan
jabatan sebagai Jaksa Agung RI. Setelah itu, ia pensiun dari ABRI, dan
membuka kantor Advokat. Dan disela-sela kegia-tan tersebut, ia mendapat
tawaran dari beberapa partai politik untuk melanjutkan pengabdian.
“Saya memilih masuk partai Islam PPP, karena ingin memperjuangkan
hak-hak umat Islam yang terabaikan. (Tujuan saya menjadi caleg PPP)
sebagai bentuk pengabdian saya yang tiada akhir untuk mengembalikan
kejayaan Islam melalui partai Islam satu-satunya, yaitu PPP. Dan saya
satu-satunya Jenderal bintang 3 yang masuk partai Islam,” akunya pada www.mabesnews.com.
Ia lanjutkan, pemilu 2004 mengantarkan Andi M Ghalib menjadi salah satu
anggota DPR RI dari Dapil I Sulsel, selanjutnya bertugas di Komisi I
DPR RI dan menjadi Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parleman (BKSAP)
DPR RI. Hanya saja, jabatan di parlemen pusat tak berakhir hingga 2009
karena Presiden SBY menangkatnya sebagai Duta Besar di Republik India.
“Berdasarkan latar belakang diplomat yang saya miliki pada tahun 1977
sampai 1981, Presiden SBY menawarkan jabatan baru menjadi Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik India. Saya menerimanya
meskipun masa jabatannya di DPR RI masih tersisa 2 tahun. Setelah lulus
mengikuti Fit and Propertest, akhirnya saya ditempatkan di Republik
India sejak 17 Mei 2008 sampai sekarang, sebagai Duta Besar RI Luar
Biasa dan berkuasa penuh untuk India.”
Saat ditanya soal hukum
karena ia sebagai orang yang memiliki background di bidang hukum, untuk
menanggapi penegakan supremasi hukum di Indonesia? Ia menguraikan bahwa
persoalan pegak supremasi hukum di bangsa ini sangat tergantung pada man
behind the law (kesungguhan penegak hukum) untuk melaksanakan hukum
yang berlaku bagi siapapun tanpa pandang bulu. Apabila itu dilaksanakan
maka semua orang akan taat hukum. Karena hukum di Indonesia, katanya,
tak memberi efek jerah.
Bawa 35 Pengusaha India ke Indonesia
Bersama Rekan Kerja dari berbagai Negara Dunia. Sudah TERUJI
Kemampuan Andi Ghalib melobi dan diplomasi sosial politik tak hanya sampai disitu, saat menjadi Duta Besar untuk India. Andi Ghalib membawa 35 pengusaha India ke tanah air. Itu sebagai bukti bahwa ia sangat mencintai kemajuan dan berkembangsa Indonesia dari berbagai sektor, baik hukum, kemanan dan peluang usaha di tanah air.
Bersama Rekan Kerja dari berbagai Negara Dunia. Sudah TERUJI
Kemampuan Andi Ghalib melobi dan diplomasi sosial politik tak hanya sampai disitu, saat menjadi Duta Besar untuk India. Andi Ghalib membawa 35 pengusaha India ke tanah air. Itu sebagai bukti bahwa ia sangat mencintai kemajuan dan berkembangsa Indonesia dari berbagai sektor, baik hukum, kemanan dan peluang usaha di tanah air.
Dengan datangnya
pengusaha itu, maka peluang bisnis di Indonesia kini kembali diramaikan.
Sebanyak 35 delegasi bisnis dari India menghadiri pertemuan dengan
Kementerian Perdagangan untuk kerjasama.
"Pemerintah Indonesia
senantiasa membuka peluang bisnis dan investasi di Indonesia bagi para
pelaku bisnis India," ungkap Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional
Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami saat menerima kunjungan para
delegasi bisnis India di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta,
Selasa, (8/5/12) seperti dikutip detik.com.
Misi dagang yang dipimpin oleh Duta Besar Indonesia untuk India, Andi
M. Ghalib ini meliputi beberapa sektor bisnis penting di Indonesia
seperti pertambangan, industri film, pertambangan, infrastruktur, energi
listrik, perangkat lunak, telekomunikasi, dan furnitur.
Lebih
lanjut Gusmadi menuturkan Indonesia dan India memiliki latar belakang
dan dasar yang kuat dalam meningkatkan kerjasama bilateral di antara
kedua negara. Seperti diketahui keduanya merupakan perintis dalam
bangkitnya Asia-Afrika pada tahun 1955.
"Saat ini Indonesia dan
India sebagai emerging market memiliki peranan penting dalam
perekonomian dunia. Keduanya juga berpengaruh dalam forum internasional
seperti G-20," tutur Ketua BPP KKMB (Kerukunan Keluarga Masyarakat Bone)
Pusat ini.
Perusahaan India yang berpartisipasi dalam misi
dagang kali ini antara lain Srei Infrastructure Finance Ltd., Mokul
Group of Companies, SATFA Logistic, Monnet Ispat & Energy Limited,
Saru Diamonds Pvt Ltd., Rohit Ferro, Emmsons International Ltd, Shri Lal
Mahal Group Company, Renuka Ventures International, KJK Group, Asuka
Mining & Export, Seaindia Freight System, Rajasree Motors, APTECH
Worldwide, Ascenders Technologies, Kross Infotel, Ishan Internasional,
Ajinomoto, Sunloc Foods, Advt Films Company dan Nadiadwala Grandson.
Sementara itu, terdapat 26 perusahaan Indonesia yang juga hadir dalam
acara pertemuan kontak dagang dengan delegasi bisnis India, beberapa
diantaranya PT Bonecom Servistama Compindo, Niramas Utama, Prima Persada
Nusantara, Indo Jati Furniture, Kobe Alina Food, PT Sinar Sosro, PT
Sinar Mas, PT Astra Agro Lestari, PT Jayakarta Nusatama, PT Eastern
Union, PT Bima Saka Furniture, dan PT ISM.
Andi M Ghalib juga
memiliki sebuah yayasan yang terletak di daerah Bogor, yaitu Yayasan
Ibnu Hadjar. Yayasan tersebut bergerak di bidang pendidikan dan sosial
kemasyarakatan yang menaungi Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Dharma Andigha,
SMP, SMA, SMK Taruna Andigha yang konon nama Yayasan Ibnu Hadjar diambil
dari nama almarhum ayahnya H Andi Ibnu Hadjar.
Riwayat kerjaAsisten ATHAN RI di Republik Singapura
Aspri Jenderal TNI L.B.Moerdani
Wakil Gubernur Sulsel
Pejabat Walikota Makassar
Pejabat Bupati Jeneponto
Oditur Jenderal ABRI
Kepala Badan Binkum ABRI
Jaksa Agung RI
Anggota DPRRI periode tahun 2004 - 2009
Duta Besar LBBP RI untuk India.
(ABS)