Senin, 08 Desember 2008

Gaya melow di Pekanbaru… (part-4)



Suasana debat apbn tk SMA di Pekanbaru
Suasana debat apbn tk SMA di Pekanbaru
Sepertihalnya di Palembang, program Olimpiade Membaca APBN Tk SMA 2008, untuk kali pertama juga merambah di kota Pekanbaru. Jujur, saya tidak menyangka, atensi anak-anak SMA di Pekanbaru dan sekitarnya akan lumayan tinggi. Ini menilik tradisi lisan alias berdebat belum pernah saya dengar menjadi sebuah tradisi panjang di bumi Lancang Kuning. Yang saya tahu persis, tanah Melayu satu ini memang kaya dengan para pemantun. Siapa yang tak tersajung jika diajak bercakap dengan kawan-kawan di Pekanbaru. Pasalnya, setiap berdialog, acap terdengar senandung pantun dari sang pembicara. Disamping pantun, tradisi menulis di tanah Melayu cukup dikenal luas.
Namun, gambaran saya sebelumnya yang sempat rada under estimated atas animo peserta lomba debat dan menulis artikel tentang APBN di Pekanbaru, luluh lantak tak bersisa setetes pun setelah event digelar. Tatkala technical meeting kami lakukan tanggal 30 Oktober 2008 di aula kantor Dinas Pendidikan Propinsi Riau, saya menaksir paling banter akan menghasilkan peserta debat di kisaran 20-an tim dan peserta artikel kurang dari 30 orang.
Hampir tiga minggg kemudian, ketika event kami gelar di Gedung Juang, Jl. Jend. Sudirman Pekanbaru tanggal 20 – 21 Nov 2008, justru peserta luber…ber…ber…!!! Tercatat 37 karya artikel dari 18 SMA se-Pekanbaru dan sekitarnya ikut ajang ini plus 38 tim debat dari 21 SMA di wilayah tersebut. Jelas ini menggembirakan bin menyenangkan.
Sejumlah karya artikel di Pekanbaru cukup menarik perhatian saya. Beberapa diantara peserta, saya amati pernah menyabet penghargaan-penghargaan lomba menulis artikel dalam event lain yang diselenggarakan di daerah ini. Catatan panjang prestasi sejumlah peserta itu, tak membuat saya dan dua dewan juri artikel lainnya dari Depkeu dan Universitas Riau, sebagai bahan pertimbangan.
Akhirnya, setelah meneliti dan mendengar presentasi mereka yang masuk nomintor 10 besar, kami memutuskan Pratiwi dari SMAN 1 Pekanbaru dengan judul artikel “Kiat-kiat Menaikkan  Penerimaan Pajak” sebagai juara I. Disusul kemudian sebagai runner up dan juara ketiga adalah Matra Anugraha (SMA Islam As-Shofa Pekanbaru) serta Timmy Richardo (SMA Santa Maria Pekanbaru). Urutan keempat sampai sepuluh diraih oleh Hendra Yohanes (SMA Kalam Kudus Pekanbaru), Fajar Kurnia (SMAN 1 Pekanbaru), Syahni Tiska (SMA Islam As-Shofa Pekanbaru), Devin Ariyanto Putra (SMAN 8 Pekanbaru), Yuliana (SMA Santa Maria Pekanbaru), Amrinal (SMAN 1 Tualang), dan M Arifuddin (SMAN 11 Pekanbaru).
Pada kategori lomba debat, sejak babak penyisihan hingga semifinal, saya mengamati suasana dan tempo pertandingan kurang menggigit. Saya kira ini akibat kultur masyarakat bumi Lancang Kuning tadi yang rada-rada “melow”. Tidak “sekeras” masyarakat di Jakarta maupun Palembang. Untunglah saat babak final yang mempertemukan tiga tim peringkat teratas dari babak semifinal, suasana dan tensi lomba bisa kami naikkan. Kebetulan saya ikut tandem menjadi “moderator” mendampingi moderator asli.
Salah satu isu menarik yang saya angkat di final kepada para peserta adalah komentar dan sikap mereka terhadap kasus PHK 1000 karyawan yang dilakukan oleh Riau Pulp and Paper (RAPP), sebuah perusahaan bubur kertas yang berbasis di Riau. Ini menarik sekaligus memiliki asas proksimitas yang kuat bagi masyarakat Riau, khususnya di Pekanbaru. Saya tanyakan, seandainya RAPP selama ini dikenal sebagai pembayar pajak yang besar dan tertib, apa yang akan dilakukan para finalis seandainya mereka adalah otoritas pemerintahan pusat? Apakah akan memberi insentif berupa penangguhan pajak yang harus dibayarkan RAPP sampai beberapa bulan ke depan? Atau justru memberi bantalan ekonomi bagi para karyawan yang di-PHK itu, agar tetap memiliki daya beli dan dana mencukupi selama beberapa waktu mendatang?
Jadilah perdebatan pun semakin seru dan meruncing. Ada yang memilih memberi bantalan ekonomi kepada para karyawan korban PHK, tapi ada pula yang memberikan pendapat agar pemerintah pusat memberi insentif berupan penangguhan sementara pembayaran pajak2 dari RAPP. Walhasil, setelah berdebat lk 25 menit, tersebutlah tim SMAN 1 Pekanbaru sebagai jawara, menyisihkan tim SMAK Pertanian Pekanbaru dan SMAN 11 Pekanbaru, yang masing-masing menjadi runner up dan juara ketiga.
Peringkat 4 – 10 diraih oleh tim dari SMAN 1 Minas, SMAN 8 Pekanbaru, SMAN 6 Pekanbaru, SMAN 4 Pekanbaru, SMAN Plus, SMA Kalam Kudus Pekanbaru, dan SMAN 2 Pekanbaru. Babak semifinal dan final lomba debat di Pekanbaru kebetulan diadakan pada hari Jumat, sehingga kami rada terdesak waktu, supaya pas sebelum waktu salat Jumat acara bisa rampung. Kebetulan hari itu juga, Jumat (21/11), berlangsung pelantikan Gubernur Riau terpilih.
Malam itu juga, saya bersama kawan-kawan dari kantor kembali ke Jakarta, untuk mempersiapkan event berikutnya di Banjarmasin, yang berlangsung pada tanggal 24 – 25 Nov 2008. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar