Media Pembaharuan Jakarta, – Menurunnya tingkat kemampuan daya beli masyarakat, mengindikasikan
semakin sulitnya perekonomian masyarakat Indonesia secara umum.
Bahkan harga-harga kebutuhan pokok yang naik ketika harga BBM naik,
tak kunjung turun, kendati harga BBM sudah turun. Yang ada, harga-harga
kembali naik, akibat berbagai alasan. Secara otomatis, inflasipun
meningkat.
Mencermati situasi perekonomian hingga jelang Semester I tahun ini,
maka rasanya juga akan sulit mengharapkan pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana yang dicanangkan Pemerintah. Bahkan dapat dikatakan,
perekonomian kita sekarang ini sedang gawat.
Demikian pandangan DR (HC) Anni Iwasaki, Calon Presiden RI versi
Konvensi Rakyat 2014, saat dimintai pendapatnya, terutama menanggapi
tuntutan aksi unjuk rasa mahasiswa pada hari Kebangkitan Nasional, 20
Mei 2015, dan situasi perekonomian belakangan ini.
Presiden Pusjuki (Pusat Studi Jepang Untuk Kemajuan Indonesia) |
Indonesia sekarang sedang darurat ekonomi, kata Anni Iwasaki, dalam
wawancara khusus dengan wartamerdeka.com, tadi sore (26/05/2015), di
bilangan Sudirman Park, Jakarta Pusat.
Menurut Anni, yang juga Presiden Pusjuki (Pusat Studi Jepang Untuk
Kemajuan Indonesia) ini, pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Pemerintah
rasanya akan sulit tercapai, jika akhir semester I ini tidak bisa
di-recovery.
Bagaimana mungkin kita bisa berharap ada pertumbuhan ekonomi, jika
seperti ini kondisinya? Harga kebutuhan bahan pokok saja tetap tinggi.
Inflasi juga naik. Apalagi nilai rupiah masih terus melemah terhadap
dollar US, yang berpengaruh terhadap ekspor-impor, tandasnya.
Mantan korespondens salah satu media Nasional Indonesia di Jepang ini
juga mengatakan, investasi yang masuk ke Indonesia juga belum ada yang
berjalan. Bahkan dari hasil pertemuan KAA (Konferensi Asia Afrika) belum
ada tindak lanjut.
Mana investasi yang sudah jalan? Dan menurut saya, tidak ada dampak
perekonomian dari KAA. Karena hingga sekarang, tidak ada tanda-tanda
kelanjutan kerjasama dengan pihak Jepang maupun China, bebernya.
Bahkan dikatakan pendiri Anni Iwasaki Foundation ini, kondisi
perekonomian akan makin berat di semester II, jika Pemerintahan Presiden
Jokowi-JK tidak bisa memberi keyakinan terhadap para calon investor.
Kondisi ini akan makin berat pada semester II, jika Pemerintahan
Presiden Jokowi-JK tidak mampu memberi keyakinan terhadap para calon
investor yang akan masuk ke Indonesia, jelasnya.
Tentu, Pemerintah juga harus mampu menunjukkan kinerja Kabinet Kerja,
dan secara jelas menjaga ketentraman situasi politik dalam negeri.
Pemerintah harus mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal, dan
mampu menjaga situasi politik di Indonesia, yang bisa memberi jaminan
terhadap keamanan dan ketenteraman para calon investor, pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, aksi unjuk rasa ribuan mahasiswa di depan
Istana Negara, hingga di berbagai daerah pada Hari Kebangkitan Nasional,
tanggal 20 Mei lalu, menuntut Pemerintah agar menurunkan harga-harga
kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan tuntutan itu juga menggugat Jokowi-JK
mundur dari jabatannya, jika tak mampu melindungi nasib rakyat yang
makin terpuruk.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Pemerintah untuk
tahun 2015 sebesar 5,2 persen. Namun berdasarkan rilis BPS (Badan Pusat
Statistik), jika dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014, hanya tumbuh 4,71 persen
(y-on-y), dan melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014
sebesar 5,14 persen.
Dijelaskan, ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan
sebelumnya, turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi produksi,
pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 14,63 persen. Sedangkan
dari sisi Pengeluaran lebih disebabkan terkontraksinya kinerja investasi
(minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen). (DANS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar