Selasa, 26 Mei 2015

Anni Iwasaki: Indonesia Sedang Darurat Ekonomi

Media Pembaharuan Jakarta, – Menurunnya tingkat kemampuan daya beli masyarakat, mengindikasikan semakin sulitnya perekonomian masyarakat Indonesia secara umum.
Bahkan harga-harga kebutuhan pokok yang naik ketika harga BBM naik, tak kunjung turun, kendati harga BBM sudah turun. Yang ada, harga-harga kembali naik, akibat berbagai alasan. Secara otomatis, inflasipun meningkat.
Mencermati situasi perekonomian hingga jelang Semester I tahun ini, maka rasanya juga akan sulit mengharapkan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang dicanangkan Pemerintah. Bahkan dapat dikatakan, perekonomian kita sekarang ini sedang gawat.
Demikian pandangan DR (HC) Anni Iwasaki, Calon Presiden RI versi Konvensi Rakyat 2014, saat dimintai pendapatnya, terutama menanggapi tuntutan aksi unjuk rasa mahasiswa pada hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2015, dan situasi perekonomian belakangan ini.
http://wartamerdeka.com/wp-content/uploads/2015/05/Screenshot_2015-05-26-20-22-20.png
Presiden Pusjuki (Pusat Studi Jepang Untuk Kemajuan Indonesia)
Indonesia sekarang sedang darurat ekonomi, kata Anni Iwasaki, dalam wawancara khusus dengan wartamerdeka.com, tadi sore (26/05/2015), di bilangan Sudirman Park, Jakarta Pusat.
Menurut Anni, yang juga Presiden Pusjuki (Pusat Studi Jepang Untuk Kemajuan Indonesia) ini, pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Pemerintah rasanya akan sulit tercapai, jika akhir semester I ini tidak bisa di-recovery.
Bagaimana mungkin kita bisa berharap ada pertumbuhan ekonomi, jika seperti ini kondisinya? Harga kebutuhan bahan pokok saja tetap tinggi. Inflasi juga naik. Apalagi nilai rupiah masih terus melemah terhadap dollar US, yang berpengaruh terhadap ekspor-impor, tandasnya.
Mantan korespondens salah satu media Nasional Indonesia di Jepang ini juga mengatakan, investasi yang masuk ke Indonesia juga belum ada yang berjalan. Bahkan dari hasil pertemuan KAA (Konferensi Asia Afrika) belum ada tindak lanjut.
Mana investasi yang sudah jalan? Dan menurut saya, tidak ada dampak perekonomian dari KAA. Karena hingga sekarang, tidak ada tanda-tanda kelanjutan kerjasama dengan pihak Jepang maupun China, bebernya.
Bahkan dikatakan pendiri Anni Iwasaki Foundation ini, kondisi perekonomian akan makin berat di semester II, jika Pemerintahan Presiden Jokowi-JK tidak bisa memberi keyakinan terhadap para calon investor.
Kondisi ini akan makin berat pada semester II, jika Pemerintahan Presiden Jokowi-JK tidak mampu memberi keyakinan terhadap para calon investor yang akan masuk ke Indonesia, jelasnya.
Tentu, Pemerintah juga harus mampu menunjukkan kinerja Kabinet Kerja, dan secara jelas menjaga ketentraman situasi politik dalam negeri.
Pemerintah harus mampu menunjukkan kinerjanya secara optimal, dan mampu menjaga situasi politik di Indonesia, yang bisa memberi jaminan terhadap keamanan dan ketenteraman para calon investor, pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, aksi unjuk rasa ribuan mahasiswa di depan Istana Negara, hingga di berbagai daerah pada Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 20 Mei lalu, menuntut Pemerintah agar menurunkan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan tuntutan itu juga menggugat Jokowi-JK mundur dari jabatannya, jika tak mampu melindungi nasib rakyat yang makin terpuruk.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Pemerintah untuk tahun 2015 sebesar 5,2 persen. Namun berdasarkan rilis BPS (Badan Pusat Statistik), jika dibandingkan pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015 terhadap triwulan I-2014, hanya tumbuh 4,71 persen (y-on-y), dan melambat dibanding periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen.
Dijelaskan, ekonomi Indonesia triwulan I-2015 terhadap triwulan sebelumnya, turun sebesar 0,18 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan ini diwarnai oleh faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh 14,63 persen. Sedangkan dari sisi Pengeluaran lebih disebabkan terkontraksinya kinerja investasi (minus 4,72 persen) dan ekspor (minus 5,98 persen). (DANS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar