Media Pembaharuan Gowa,- Pada
hari minggu, tanggal 12 April 2015 kemarin, Andi Maddusila mengadakan
silaturahmi adat di Malino yang dirangkaikan dengan acara adat yang
dikenal dengan nama Angngaru’. Angngaru’ merupakan ritual khusus yang
juga merupakan ikrar atau sumpah setia kepada Rajanya. Angngaru’ ini
berasal dari kata Aru’ yang diartikan bahasa Indonesa berarti melakukan
“amuk”. Akan tetapi jika, kita melihat esensi dari arti Angngaru’ atau
Aru’ itu sendiri, maka kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa arti dari
Angngaru’ atau Aru’ adalah sebuah ikrar atau janji setia yang dilakukan
oleh seorang to barani (prajurit atau panglima perang) dihadapan
Rajanya.
Sebelum kita berlanjut mengenai kegiatan silaturahmi ini, kita akan
sedikit membahasa mengenai budaya adat dari Gowa ini yaitu
Angngaru’. Angngaru’ atau aru’ ini dimaksudkan untuk menunjukkan
kesetian bawahan terhadap pimpinannya. Angngaru’ atau Aru’ sendiri jika
diartikan secara lengkap dalam bahasa Indonesia adalah seorang To Barani
(bahasa bugis prajurit pemberani) mencabut badiknya sambil
menyanyikan dengan garang syair-syair sakral Angngaru’ (lihat syairnya
dibawah) dihadapan sang Pemimpin atau Raja, To Barani yang sedang
melakukan ritual adat yang sakral ini konon katanya tidak mempan
oleh besi. Orang yang melakukan ritual ini bahkan menusukkan badik
(senjata tajam khas bugis) ke leher atau tubuh mereka, namun badik yang
tajam itu tidak dapat melukai sang To barani sedikit pun. Ritual
Angngaru’ atau Aru’ ini diiringi dengan irama ganrang tunrung pakanjara’
(gendang tabuh amuk).
Di bawah ini Anda bisa melihat video ritual Angngaru’ ketika menyabut
sang Raja Gowa yang ke 37 yaitu Andi Maddusila beserta syair dari
Angngaru’ itu sendiri.
Syair Angngaru’ (Aru’)
Bismillahir rahmanir rahiim
Ata, karaeng
Tabe’ kipammopporang mama’
Ri dallekang labbiritta, ri sa’ri karatuanta, ri empoang matinggita
(Bismillahir rahmanir rahiim
Hamba, Sang raja
Permisi maafkan hamba
Didepan kemulian baginda, di samping kegembiraan Baginda, ditempat duduk tertinggi baginda)
Inakke mine karaeng, lapunna Moncongloe
Nakareppekangi sallang karaeng…, Pangngulu ri barugayya…
Nakatepokangi sallang karaeng…, Pasorang attangnga parang…
(Sayalah baginda, ayam jantan dari Moncongloe
Memecahkan nanti baginda,… hulu [hulu badik] di istana…
Mematahkan nanti baginda,… gagang tombak di tengah medan [medan pertempuran]….
Inai-inaimo sallang karaeng…, Tamappattojengi tojenga, Tamappiadaki adaka,
Kusalaagai sirinna, kuisara parallakkenna…
Berangja kunipatebba, pangkulu’ kunisoeyyang
(Siapa-siapa saja baginda…., yang tidak menjunjung kebenaran, yang tidak menjujnjung adat,
Saya Bajak kolong rumahnya, ku garuk rumahnya….Saya lah parang siap ditebaskan, gagang [gagang pedang] siap di kibaskan)
Ikau anging karaeng, naikambe lekok kayu
Mirikko anging namarunang lekok kayu
Iya sani madidiyaji nurunang…
(Engkau angin baginda, dan hamba adalah daun kayu
Semilirlah angin yang menjatuhkan daun kayu
Daun kuning-lah engkau jatuhkan…)
Ikau je’ne’ karaeng, naikambe batang mammayu
Solongko je’ne’ namammayu batang kayu
Iya sani sompo bonangpi kianyu…
(Engkau Air baginda, dan hamba adalah sebongkah batang kayu yang hanyut
Mengalirlah air, menghayutkan sebongkah batang kayu
Dan nanti jika sudah pasanglah air.. sebongkah kayu itu akan hanyut….)
Ikau jarung karaeng naikambe banning panjai’
Ta’leko jarung namminawang bannang panjai’
Iya sani lambusuppi nakontu tojeng…
(Engkaulah Jarum baginda, dan hamba adalah benangnya
Keseberanglah engkau jarum, dan benangnya akan ikut
Yang luruslah yang benar)
Makkanamamaki mae karaeng naikambe mappa’jari
Mannyabbu’ mamaki karaeng naikambe mappa’rupa
(bertihtahlah baginda, dan hamba akan realisasikan
Menyebutlah baginda, dan hamba akan mewujudkannya)
Punna sallang takammaya aruku ri dallekanta’
Pangkai jerakku, tinra’ bate onjokku
Pauwang ana’ ri boko, pasang ana’ tanjari
Tumakkanayya’ karaeng natanarupai janjinna
(Jika nanti tidak saya mengingkari ikrar ini yang hamba ucapkan di depan baginda
Tandai Kuburanku, patoklah bekas kakiku
Ceritakan kepada keturunan, pesankan kepada seluruh keturunan
Yang berikrar baginda, tapi tidak menepati ikrarnya)
Sikammajinne aruku ri dallekanta
Dasi nadasi nana tarima pa’ngaruku
Salama’
(demikianlah ikrarku didepan baginda
Semoga ikrar hamba diterima
Selamat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar