Rabu, 31 Desember 2014

Para Pejabat, Elite Partai, Dan Penegak Hukum Bagian Dari MAFIA....???

Media Pembaharuan Jakarta,- Di penghujung tahun 2014, banyak refleksi yang dilakukan.
Apa saja direnungkan, termasuk sepak terjang koruptor dan mafia yang sudah mati hati dan rasa, yang tidak peduli lagi pada sesama anak bangsa.
Mantan Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida juga mencoba meneropong sepak terjang para koruptor dan mafia di negara ini.
Rabu, 31 Desember 2014
Para Pejabat, Elite Partai, Dan Penegak Hukum Bagian Dari MAFIA....???

Jakarta,- Di penghujung tahun 2014, banyak refleksi yang dilakukan.
Apa saja direnungkan, termasuk sepak terjang koruptor dan mafia yang sudah mati hati dan rasa, yang tidak peduli lagi pada sesama anak bangsa.

Mantan Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida juga mencoba meneropong sepak terjang para koruptor dan mafia di negara ini.

“Operasi koruptor,” katanya kepada Wartawan di Jakarta, beberapa menit yang lalu,Rabu (31/12).

Seorang yang terindikasi korupsi dan termasuk pemilik rekening tambun konon, katanya, telah dan sedang beroperasi menemui sejumlah tokoh dan pejabat negara, dalam rangka menjelaskan, memberi pengertian, dan sekaligus memohon agar kasusnya tak diteruskan atau diendapkan saja.

“Pimpinan parpol asal Kejagung, menurut salah satu sumber, adalah orang pertama yang ditemui. Ia sangat berharap agar pimpinan parpol itu bisa segera melunakkan Kejagung, sehingga kasus RG-nya tak diproses lagi,” kata Laode Ida.

Seorang petinggi negara juga dimintainya bantuan melalui pendekatan seprofesi pebisnis dan juga sewilayah asal.

Bahkan seorang tokoh NU juga akan dilobi untuk maksud yang sama. “Saya pun tadi sore (29/12/2014) sempat kaget ketika seorang teman senior menderingkan hp-ku dan ketika saya sapa ternyata hanya sekadar menyampaikan pesan. Kalau bisa kita ngobrol-lah," katanya.

Sang teman itu ingin menyampaikan pesan sang pejabat yang sedang dalam bidikkan moncong hukum karena kasus korupsi dan pencucian uang itu.

“Wah..., saya bilang aneh sekali langkah pejabat itu. Bukankah dia orang yang begitu merasa bukan saja serba benar, melainkan juga sangat arogan dan tak punya perasaan dalam keserakahan kekuasaan dan uang, sehingga begitu tega menghancurkan orang lain,” kata Laode Ida.

“Dan saya sendiri bukanlah siapa-siapa, sudah jadi orang biasa dan rakyat jelata. Sementara yang berssangkutan adalah pejabat yang kaya raya sehingga bisa melakukan apa saja yang dia maui.”

Laode pun menyeletuk, kalau benar info tadi, yang bersangkutan kembali berusaha menggoda penegak hukum untuk berbagi harta hasil korupsi.

Barangkali juga sudah merasa nyaman, karena konon salah satu oknum di KPK sudah dilobinya secara mantap sejak beberapa tahun lalu, sehingga sekorup appapun dia, maka KPK akan terus diam dan tutup mata.

Sebagian aparat Kejagung, konon juga sudah sangat jauh hubungan transaksionalnya. “Waduh...., kalau begitu kecenderungannya, maka saya pun sangat gembira karena kian membenarkan tesis saya dalam buku ’Negara Mafia’ yang diterbitkan pada 2010 lalu.”

Laode Ida pun berpikir, para petinggi dan penegak hukum sudah dalam kendali koruptor dan sekaligus jadi bagian dari mafia. “Ini tantangan berat Presiden Jokowi,” katanya. (ABS).
Mantan Wakil Ketua DPD RI, Laode Ida
“Operasi koruptor,” katanya kepada Wartawan di Jakarta, beberapa menit yang lalu,Rabu (31/12).
Seorang yang terindikasi korupsi dan termasuk pemilik rekening tambun konon, katanya, telah dan sedang beroperasi menemui sejumlah tokoh dan pejabat negara, dalam rangka menjelaskan, memberi pengertian, dan sekaligus memohon agar kasusnya tak diteruskan atau diendapkan saja.
“Pimpinan parpol asal Kejagung, menurut salah satu sumber, adalah orang pertama yang ditemui. Ia sangat berharap agar pimpinan parpol itu bisa segera melunakkan Kejagung, sehingga kasus RG-nya tak diproses lagi,” kata Laode Ida.
Seorang petinggi negara juga dimintainya bantuan melalui pendekatan seprofesi pebisnis dan juga sewilayah asal.
Bahkan seorang tokoh NU juga akan dilobi untuk maksud yang sama. “Saya pun tadi sore (29/12/2014) sempat kaget ketika seorang teman senior menderingkan hp-ku dan ketika saya sapa ternyata hanya sekadar menyampaikan pesan. Kalau bisa kita ngobrol-lah," katanya.
Sang teman itu ingin menyampaikan pesan sang pejabat yang sedang dalam bidikkan moncong hukum karena kasus korupsi dan pencucian uang itu.
“Wah..., saya bilang aneh sekali langkah pejabat itu. Bukankah dia orang yang begitu merasa bukan saja serba benar, melainkan juga sangat arogan dan tak punya perasaan dalam keserakahan kekuasaan dan uang, sehingga begitu tega menghancurkan orang lain,” kata Laode Ida.
“Dan saya sendiri bukanlah siapa-siapa, sudah jadi orang biasa dan rakyat jelata. Sementara yang berssangkutan adalah pejabat yang kaya raya sehingga bisa melakukan apa saja yang dia maui.”
Laode pun menyeletuk, kalau benar info tadi, yang bersangkutan kembali berusaha menggoda penegak hukum untuk berbagi harta hasil korupsi.
Barangkali juga sudah merasa nyaman, karena konon salah satu oknum di KPK sudah dilobinya secara mantap sejak beberapa tahun lalu, sehingga sekorup appapun dia, maka KPK akan terus diam dan tutup mata.
Sebagian aparat Kejagung, konon juga sudah sangat jauh hubungan transaksionalnya. “Waduh...., kalau begitu kecenderungannya, maka saya pun sangat gembira karena kian membenarkan tesis saya dalam buku ’Negara Mafia’ yang diterbitkan pada 2010 lalu.”
Laode Ida pun berpikir, para petinggi dan penegak hukum sudah dalam kendali koruptor dan sekaligus jadi bagian dari mafia. “Ini tantangan berat Presiden Jokowi,” katanya. (ABS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar